‘Miskin’, sebuah kata yang sering dilontarkan semua orang ketika menghadapi situasi
dan kondisi dimana pendapatan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup. Miskin
dapat berarti sebab maupun akibat tergantung pada bagaimana kita mengkajinya.
Miskin satu orang dalam masyarakat belum menjadi sebuah persoalan. Namun ketika
kemiskinan itu mencakup level kecamatan, kabupaten hingga propinsi maka
kemiskinan ini menjadi musuh yang tidak pernah terkalahkan sepanjang manusia
hidup di dunia.
“Kemiskinan telah menjadi polemik dan bentuk ancaman yang
dapat menghancurkan daya politik, sosial, dan psikologis manusia setelah
porak-porandanya sumber daya alam akibat eksploitasi yang tanpa batas.
(Hartaningsih, 2006).”
Hal
itulah yang terjadi di Papua, di satu sisi Papua dikenal sebagai sebuah wilayah
dengan keluasan mencapai 710.937 km2, dan 410.660 km2
diantaranya adalah daratan. Hutannya menghampar luas, jika digabung dengan
Papua Nugini maka hutan Papua terhitung nomor dua terbesar di dunia setelah
Amazon. Merupakan salah satu propinsi/pulau terindah di
Indonesia dan satu satunya pulau yang memiliki spesies laut
terbanyak jenisnya di dunia begitupun dengan pegunungannya yang sangat
indah,alamnya yang masih sangat alami merupakan target utama bagi
bangsa asing.Takheran, jika di Provinsiinilahterdapat
Freeport,
Tepatnya di Kabupaten Mimika.Freeport merupakan
tambang emas terbesar di dunia dan PT.Freeport Indonesia merupakan penyetor
pajak terbesar di Indonesia dengan pajak yang disetorkan sekitar 1 Miliar USD
pertahunnya.Namun di sisi lain, provinsi yang beribukota di Jayapuraini memiliki tingkat kemiskinan sekitar 35 persen
dari total 2,8 juta penduduk nya.
Sensus Nasional BPS 2010
10 Propinsi dengan Angka Kemiskinan
Tertinggi (%)
No
|
Provinsi
|
Angka Kemiskinan
|
1
|
papua Barat
|
36,80
|
2
|
Papua
|
34,88
|
3
|
Maluku
|
27,74
|
4
|
Sulawesi Barat
|
23,19
|
5
|
Nusa Tenggara Timur
|
23,03
|
6
|
Nusa Tenggara Barat
|
21,55
|
7
|
Aceh
|
20,98
|
8
|
Bangka Belitung
|
18,94
|
9
|
Gorontalo
|
18,70
|
10
|
Sumatera Selatan
|
18,30
|
Sensus
Nasional BPS 2012
10 Provinsi Dengan Penduduk
Termiskin Di Indonesia
No
|
Provinsi
|
JumlahPendudukMiskin
|
Persentase dari Jumlah Penduduk
Keseluruhan
|
1
|
JawaTimur
|
5.356.210
|
14,23%
|
2
|
Jawa Tengah
|
5.107.360
|
15,76%
|
3
|
Jawa Barat
|
4.648.630
|
10,65%
|
4
|
Sumatera
Utara
|
1.481.310
|
11,33%
|
5
|
Lampung
|
1.298.710
|
16,93%
|
6
|
Sumatera
Selatan
|
1.074.810
|
14,24%
|
7
|
Nusa
Tenggara Timur
|
1.012.900
|
21,23%
|
8
|
Papua
|
944.790
|
31,98%
|
9
|
Nangroe Aceh
Darussalam
|
894.810
|
19,57%
|
10
|
Nusa
Tenggara Barat
|
894.770
|
19,73%
|
Jumlah dan
Persentase Penduduk Miskin di Papua Menurut Daerah, 1999-2012
Tahun
|
Jumlah
Penduduk Miskin (ribu)
|
Persentase
Penduduk Miskin
|
|||||
Kota
|
Desa
|
K+D
|
Kota
|
Desa
|
K+D
|
||
1999
|
79,60
|
1.099,1
|
1.148,70
|
9,03
|
70,95
|
54,75
|
|
2000
|
49,97
|
920,93
|
970,90
|
9,01
|
59,78
|
46,35
|
|
2001
|
51,37
|
849,43
|
900,80
|
9,23
|
53,14
|
41,80
|
|
2002
|
49,30
|
935,40
|
984,70
|
9,76
|
51,21
|
41,80
|
|
2003
|
50,60
|
866,50
|
917,00
|
8,32
|
49,75
|
39,03
|
|
2004
|
49,10
|
917,70
|
966,80
|
7,71
|
49,28
|
38,69
|
|
2005
|
53,00
|
975,20
|
1.028,20
|
9,23
|
50,16
|
40,83
|
|
2006
|
39,40
|
777,30
|
816,70
|
8,71
|
51,31
|
41,52
|
|
2007
|
35,40
|
758,00
|
793,40
|
7,97
|
50,47
|
40,78
|
|
2008
|
31,60
|
701,50
|
733,10
|
7,02
|
45,96
|
37,08
|
|
2009
|
28,19
|
732,16
|
760,35
|
6,10
|
46,81
|
37,53
|
|
2010
|
26,18
|
735,44
|
761,62
|
5,55
|
46,02
|
36,80
|
|
2011
2012
|
35,27
34,31
|
909,53
932,28
|
944,79
966,59
|
4,60
4,24
|
41,58
40,56
|
31,98
31,11
|
Sumber:
Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Sejak 2006 data tidak
lagi tergabung dengan Papua Barat. Tahun 2011 menggunakan penimbang (weight)
baru hasil SP2010.
Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Menurut
Daerah, Maret 2010- Maret 2012
Tahun
|
Kota
|
Desa
|
K+ D
|
IndeksKedalamanKemiskinan
(P1)
|
|||
Maret 2010
|
0,78
|
11,89
|
9,36
|
Maret 2011
Maret 2012
|
0,70
0,65
|
10,37
10,47
|
7,86
7,91
|
IndeksKeparahanKemiskinan
(P2)
|
|||
Maret 2010
|
0,17
|
4,32
|
3,37
|
Maret 2011
Maret 2012
|
0,15
0,15
|
3,74
3,72
|
2,80
2,79
|
Sumber: Diolah
dari Data Susenas Panel Maret 2010-2012
Garis Kemiskinan Provinsi Papua
Menurut Daerah Maret 2009-Maret 2012
Daerah/Tahun
|
Garis
Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
|
||
Makanan
|
Bukan Makanan
|
Total
|
|
Perkotaan
|
|||
Maret 2009
|
187.578
|
97.580
|
285.158
|
Maret 2010
|
195.682
|
102.603
|
298.285
|
Maret 2011
Maret 2012
|
207.712
210.423
|
106.893
110.805
|
314.606
321.228
|
Perdesaan
|
|||
Maret 2009
|
186.626
|
48.100
|
234.727
|
Maret 2010
|
194.091
|
53.472
|
247.563
|
Maret 2011
Maret 2012
|
208.054
215.675
|
54.572
55.756
|
262.626
271.431
|
Kota+Desa
|
|||
Maret 2009
|
186.843
|
59.382
|
246.225
|
Maret 2010
|
194.454
|
64.674
|
259.128
|
Maret 2011
Maret 2012
|
207.965
214.309
|
68.151
70.079
|
276.116
284.388
|
Sumber: Diolah
dari data Susenas Panel Maret 2009– 2012
FaktorPenyebabKemiskinanyang
Terjadi di Papua
1.
Para walikota dan Bupati di Papua
lebih senang berada di Jakarta daripada berada di Papua. Sepertidiungkapkanoleh
Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya yang merupakan tokoh Papua dan juga
Rektor Universitas Cendrawasih.
2.
Papua telah diberikan UU Otonomi Khusus (otsus) No. 21 Tahun 2001, namun
ternyata pejabat Papua masih harus melaksanakan UU No. 32 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Hal inimembuat Papua melaksanakan dua
undang-undang sekaligus, akibatnya mereka banyak bekerja di
Jakarta.
3.
Pemerintah tidak
menciptakan akses bagi Orang Asli Papuadalamkebijakankebijakannya.
contoh
JUKNIS Penata Usahaan APBD; didalamnya tidak termuat kebijakan khusus bagi orang asli Papua.
4.
Laporan pertanggungjawaban
dari dana otonomi khusus yang
telahberjalanselama 10 tahundengandanaRp 3 triliun per tahunnyatidak dipertanggungjawabkandenganjelasolehparaWalikotadanBupati yang diberiamanatdalammelaksanakan program
pembangunan Papua.
5.
Pengentasan kemiskinan bagi orang asli Papua masih
jauh dari yang diharapkan karena pembangunan melalui dana OTSUS yang notabene
adalah milik Orang Asli Papua tidak dimanfaatkan dan dirasakan oleh orang asli Papua itu
sendiri.
6.
Jumlah kasus korupsi di Papua dan Papua Barat yang saat ini
ditangani pihak Kejaksaan Tinggi Papua mencapai 142 kasusdanmerupakanjumlahkasuskorupsitertinggi di Indonesia
7.
Tidakadanya LSM maupun
aktivis yang berani secara tegas membeberkan tentang korupsi ataupun kebobrokan
dalam penggunaan anggaran otonomi di Papua.
8.
Selama 10 tahun
berjalannya otonomi khusus di Papua, pemerintah pusat
dalam hal ini tidak pernah memberikan evaluasi secara kontinue terkait
pelaksanaan otonomi khusustersebutdan tidakmempertanyakanpenguliran anggaran otsus tersebut digunakan untuk program apa saja dan bagaimana implimentasinya
selama berlangsungnya pelaksanaan otsus itu.
9.
Daya beli masyarakat yang rendah akibat tingkat inflasi yang tinggi (11.74
% pada triwulan I-2007) dan membuat harga barang-barang menjadi sangat tinggi. Selain itu, perbedaan harga yang bervariasi di
setiap kabupaten Papua ini cukup memberikan kesenjangan ekonomi bagi masyarakat
papua itusendiri.
LangkahuntukMengatasiKemiskinanyang
terjadi di Papua
1.
Perlu dilakukan
konsultasi yang efektif dan kontinyu dari Daerah dengan Pusat sehingga dalam waktu
dekat dapat dilahirkan beberapa Peraturan Pemerintah atas amanat UU Otsus untuk
dapat diimplementasikan.
2.
Memanfaatkandanaotonomikhususuntuk orang asli Papua, sesuaidenganamanat
UU otsuitusendiri.
3.
Dikembangkannyapotensiswadaya (Upayauntukmengolahsumberdaya yang
dimiliki) dankeswadayaan (Semangatuntukmembebaskandiridarinketergantunganterhadappihakluar)gunameningkatkankesejahteraanpendudukmiskin.
4.
Perencanaan
Pembangunan harus ditata kembali secara komprehensif, terkoordinasi dan sinergi
seperti saatdiberlakukannya
monitoring dan evaluasi.
5.
Pembangunan di Papua perlu dilakukan dengan 3 (tiga) Prinsip yaitu
:
(1)
Peng-Wilayah-an Komoditas; (2) Petik, Olah dan Jual; (3) Perubahan Pola Pikir.
6.
Konsep Pola Pendampingan Bagi Masyarakat Asli Papua perlu dipikirkan
kembali karena dengan Pola Pendampingan dapatmenggunakan system transfer teknologi
dan pengetahuan, serta pendampingan yang bersifat universal yaitu social, budaya dan
ekonomi yang dilakukan melalui pendekatan adat istiadat
setempat.
7.
Adanya komitmen dari pemerintah untuk melaksanakan
pembangunan dengan baik menggunakan pemasukan dari hasil-hasil tambang yang masukkedalamPendapatanAsli Daerah (PAD) Provinsi
Papua berupa tembaga (58.36 persen), perkebunan
(12.74 persen) yang cukup besar yang berada di daerah-daerah tertentu seperti
Nabire, Numfor agar dapat
digunakan untuk pembangunan-pembangunan investasi SDM.
8.
Dari sisi ekonomi pemerintah dapat memberikan
keleluasaan investasi dari pengurusan izin sampai pada tarifimpor yang
diberlakukan investor di Papua untuk melakukan bisnis.
9.
Memperbaikikualitas SDM denganmengembangkankreatifitasdankeahliansetiap
orang dengancaramemfokuskanpembangunanpadasektorpendidikan yang lebihbaik.
10. Menjalankan program Pendidikan murah
kepada rakyat dengan subsidi silang untuk investasi perekonomian Papua kedepannya.
11.
Pemetaan wilayah hunian penduduk miskin.
Kemudian,
memfokuskan pembangunan ekonomi pada beberapa sektor sesuai potensi daerah,
seperti daerah wisata, penghasil ikan dan mutiara, pertanian, pusat pendidikan
dan pelatihan, industridll.
12. MemperbaikiInfrastruktursertafasilitas yang dibutuhkan
yang dapatmendatangkan investor local
maupunasinguntukmembukapusatwisatasekaligusmelakukanbisnis. Sepertiaksesjalan,
pembangunan resort danjembatanpenghubungantarpulau, budidayaperikanan,
kemudahantransportasidll. FaktorPenyebabKemiskinanyang
Terjadi di Papua
1.
Para walikota dan Bupati di Papua
lebih senang berada di Jakarta daripada berada di Papua. Sepertidiungkapkanoleh
Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya yang merupakan tokoh Papua dan juga
Rektor Universitas Cendrawasih.
2.
Papua telah diberikan UU Otonomi Khusus (otsus) No. 21 Tahun 2001, namun
ternyata pejabat Papua masih harus melaksanakan UU No. 32 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Hal inimembuat Papua melaksanakan dua
undang-undang sekaligus, akibatnya mereka banyak bekerja di
Jakarta.
3.
Pemerintah tidak
menciptakan akses bagi Orang Asli Papuadalamkebijakankebijakannya.
contoh
JUKNIS Penata Usahaan APBD; didalamnya tidak termuat kebijakan khusus bagi orang asli Papua.
4.
Laporan pertanggungjawaban
dari dana otonomi khusus yang
telahberjalanselama 10 tahundengandanaRp 3 triliun per tahunnyatidak dipertanggungjawabkandenganjelasolehparaWalikotadanBupati yang diberiamanatdalammelaksanakan program
pembangunan Papua.
5.
Pengentasan kemiskinan bagi orang asli Papua masih
jauh dari yang diharapkan karena pembangunan melalui dana OTSUS yang notabene
adalah milik Orang Asli Papua tidak dimanfaatkan dan dirasakan oleh orang asli Papua itu
sendiri.
6.
Jumlah kasus korupsi di Papua dan Papua Barat yang saat ini
ditangani pihak Kejaksaan Tinggi Papua mencapai 142 kasusdanmerupakanjumlahkasuskorupsitertinggi di Indonesia
7.
Tidakadanya LSM maupun
aktivis yang berani secara tegas membeberkan tentang korupsi ataupun kebobrokan
dalam penggunaan anggaran otonomi di Papua.
8.
Selama 10 tahun
berjalannya otonomi khusus di Papua, pemerintah pusat
dalam hal ini tidak pernah memberikan evaluasi secara kontinue terkait
pelaksanaan otonomi khusustersebutdan tidakmempertanyakanpenguliran anggaran otsus tersebut digunakan untuk program apa saja dan bagaimana implimentasinya
selama berlangsungnya pelaksanaan otsus itu.
9.
Daya beli masyarakat yang rendah akibat tingkat inflasi yang tinggi (11.74
% pada triwulan I-2007) dan membuat harga barang-barang menjadi sangat tinggi. Selain itu, perbedaan harga yang bervariasi di
setiap kabupaten Papua ini cukup memberikan kesenjangan ekonomi bagi masyarakat
papua itusendiri.
LangkahuntukMengatasiKemiskinanyang
terjadi di Papua
1.
Perlu dilakukan
konsultasi yang efektif dan kontinyu dari Daerah dengan Pusat sehingga dalam waktu
dekat dapat dilahirkan beberapa Peraturan Pemerintah atas amanat UU Otsus untuk
dapat diimplementasikan.
2.
Memanfaatkandanaotonomikhususuntuk orang asli Papua, sesuaidenganamanat
UU otsuitusendiri.
3.
Dikembangkannyapotensiswadaya (Upayauntukmengolahsumberdaya yang
dimiliki) dankeswadayaan (Semangatuntukmembebaskandiridarinketergantunganterhadappihakluar)gunameningkatkankesejahteraanpendudukmiskin.
4.
Perencanaan
Pembangunan harus ditata kembali secara komprehensif, terkoordinasi dan sinergi
seperti saatdiberlakukannya
monitoring dan evaluasi.
5.
Pembangunan di Papua perlu dilakukan dengan 3 (tiga) Prinsip yaitu
:
(1)
Peng-Wilayah-an Komoditas; (2) Petik, Olah dan Jual; (3) Perubahan Pola Pikir.
6.
Konsep Pola Pendampingan Bagi Masyarakat Asli Papua perlu dipikirkan
kembali karena dengan Pola Pendampingan dapatmenggunakan system transfer teknologi
dan pengetahuan, serta pendampingan yang bersifat universal yaitu social, budaya dan
ekonomi yang dilakukan melalui pendekatan adat istiadat
setempat.
7.
Adanya komitmen dari pemerintah untuk melaksanakan
pembangunan dengan baik menggunakan pemasukan dari hasil-hasil tambang yang masukkedalamPendapatanAsli Daerah (PAD) Provinsi
Papua berupa tembaga (58.36 persen), perkebunan
(12.74 persen) yang cukup besar yang berada di daerah-daerah tertentu seperti
Nabire, Numfor agar dapat
digunakan untuk pembangunan-pembangunan investasi SDM.
8.
Dari sisi ekonomi pemerintah dapat memberikan
keleluasaan investasi dari pengurusan izin sampai pada tarifimpor yang
diberlakukan investor di Papua untuk melakukan bisnis.
9.
Memperbaikikualitas SDM denganmengembangkankreatifitasdankeahliansetiap
orang dengancaramemfokuskanpembangunanpadasektorpendidikan yang lebihbaik.
10. Menjalankan program Pendidikan murah
kepada rakyat dengan subsidi silang untuk investasi perekonomian Papua kedepannya.
11.
Pemetaan wilayah hunian penduduk miskin.
Kemudian,
memfokuskan pembangunan ekonomi pada beberapa sektor sesuai potensi daerah,
seperti daerah wisata, penghasil ikan dan mutiara, pertanian, pusat pendidikan
dan pelatihan, industridll.
12. MemperbaikiInfrastruktursertafasilitas yang dibutuhkan
yang dapatmendatangkan investor local
maupunasinguntukmembukapusatwisatasekaligusmelakukanbisnis. Sepertiaksesjalan,
pembangunan resort danjembatanpenghubungantarpulau, budidayaperikanan,
kemudahantransportasidll.