Kamis, 18 Oktober 2012

ANALISIS JURNAL 1


Kelompok 6 Tugas Teori ekonomi 1
Anggota          : 1. Asteria Elanda K. (21211267)
                        2. Dennis Mahardika (21211849)
                        3. Khairiyah (28211538)
                        4. Nur Syaima A. (28211565)

1.       TEMA                         : ASEAN CHINA FREE TRADE AGREEMENT
PENGARANG            : Tulus Tambunan Kadin Indonesia-Jetro
TAHUN                       : 2005
2.      JUDUL                        : Apakah ASEAN masih relevan di era ACFTA ?

3.      Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi China cukup cepat dan pesat, hal ini terbukti ketika China tidak terpengaruh dan tetap mengalami pertumbuhan saat adanya krisis keuangan yang melanda Asia. Kebangkitan Cina sebagai kekuatan industri global dan sebagai kekuatan ekonomi regional di Asia telah menjadi perdebatan akademis populer.
Awalnya kehebatan China dianggap sebagai ancaman, namun karena terbentuknya ASEAN-CHINA FTA 2010, perekonomian China dianggap sebuah kesempatan untuk memajukan ekonomi ASEAN.
Namun pembentukan ASEAN-China FTA pada kenyataannya bukan bertujuan menciptakan perdagangan. Negara anggota ASEAN  secara individu justru lebih banyak berdagang dengan China. Sehingga menimbulkan pertanyaan yang penting apakah masih relevan hubungan ASEAN dengan china FTA, jika dalam perdagangan antar negara terjadi biaya intra-trade. makalah ini bertujuan untuk menilai implikasi dari "ASEAN-China FTA" ASEAN untuk intra-trade, dan tantangan dan peluang yang akan ASEAN hadapi. Selain itu makalah ini juga akan menyelidiki apakah ASEAN dan China lebih kompetitif atau melengkapi satu sama lain.
4.      Rumusan Masalah
1.Apakah keberadaan ASEAN masih relevan dengan pembentukan ACFTA ?
2.Apakah pembentukan ACFTA merupakan ancaman atau peluang bagi ASEAN ?
3.Apakah ASEAN dan China lebih kompetitif atau melengkapi satu sama lain ?

5.      Metodologi
Dalam penyusunan jurnal ini penulis menggunakan metode pustaka, artikel koran, serta pencarian situs website.
Variabel :
a.       Perdagangan Internal dan Eksternal
b.      Mitra Dagang
c.       Kemungkinan Pengalihan Perdagangan dari ASEAN ke China
6.      Hasil Analisis
Baik untuk ekspor dan impor, pertumbuhan rata-rata di luar perdagangan jauh lebih tinggi dibanding intra-trade. Sejak krisis 1997/98 , ASEAN telah memperoleh surplus perdagangan ekstra yang lebih besar daripada surplus perdagangan intra-nya.Dari sisi ekspor, seluruh dunia (tentu termasuk China) merupakan sumber yang paling penting bagi pertumbuhan ekspor dari ASEAN, dan dari sisi impor, sebagian besar produk yang dibutuhkan oleh konsumen dan produsen ASEAN disediakan oleh seluruh dunia. Hambatan untuk mengembangkan intra trade adalah mereka memiliki keunggulan komparatif dalam produk yang sama.
Pertama, Cina bukanlah pasar utama untuk ekspor ASEAN, meskipun selama periode itu saham Chinameningkat pesat dalam ekspor ASEAN .
Kedua, ASEAN mengimpor lebih banyak daripada ekspor ke China.Ketiga, Kinerja perdagangan ASEAN dengan Cina bervariasi antara negara-negara anggota, sehingga implikasi dari ASEAN-China FTA juga akan bervariasi di antara negara-negara anggota.
Keberadaan ASEAN ternyata tidak relevan lagi jika pembentukan ASEAN – CHINA FTA menciptakan peralihan perdagangan (Trade Division) dari ASEAN terhadap China, seharusnya pembentukan ACFTA menciptakan perdagangan (Trade Creation).
TD merupakan efek negatif sedangkan TC adalah efek positif dari pembentukan ACFTA.
Contoh Kasus:
            Indonesia memiliki barang X yang ingin di ekspor ke Malaysia tapi harga barang X tersebut labih tinnggi dibandingkan dengan produk yang sama dengan buatan China, karena Indonesia kurang efisien dalam memproduksi barang X sehingga menyebabkan barang X tersebut digantikan oleh barang yang sama dari China. Dalam hal ini Indonesia mengalami TD.
Tidak diragukan lagi ASEAN sebagai kelompok atau anggota individu akan menghadapi tantangan dan peluang dari pembentukan ACFTA.
Tantangan        :
Dari sisi impor ASEAN, tantangan serius yang dihadapi negara-negara anggota individu adalah persaingan antara produk dalam negeri dengan produk impor dari China.
            Satu hal yang pasti, individu anggota ASEAN akan menghadapi tekanan kompetitif yang kuat terutama dari China.
Sejak berdirinya ASEAN, pertumbuhan ekstra-perdagangan selalu lebih tinggi dari pertumbuhan intra trade-nya, yang mungkin disebabkan oleh setidaknya empat (4) faktor utama: (1) negara-negara anggota yang paling banyak diproduksi atau khusus dalam produksi barang-barang sejenis; (2) keunggulan komparatif yang tidak begitu berbeda antara negara-negara anggota, (3) fasilitas insentif kurang perdagangan seperti kredit ekspor disediakan antara negara-negara anggota ASEAN di intra-trade, (4) dan pasar ASEAN tidak bisa memenuhi permintaan negara-negara anggota individu untuk kedua barang konsumen dan produsen, sehingga setiap negara anggota sangat bergantung pada impor.
Peluang          :
Dari sisi ekspor ASEAN, Cina dengan lebih dari satu miliar orang dan peningkatan pendapatan per kapita tentu peluang pasar yang besar bagi ASEAN. Seperti ditunjukkan dalam tulisan ini, meskipun ASEAN belum berada di peringkat pertama dari mitra dagang paling penting dari Cina, perdagangan antara China dan daerah ini terus meningkat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar